Jalan Raya Bungo Pasir Wedung, 59554
+62 813 2937 9010
sman.1wedung@gmail.com

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SMA NEGERI 1 WEDUNG KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH OLEH : MUHAMMAD BAGUS WIJAYA, S.Pd.

SMAN 1 WEDUNG

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SMA NEGERI 1 WEDUNG KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH OLEH : MUHAMMAD BAGUS WIJAYA, S.Pd.

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SMA NEGERI 1 WEDUNG

KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH :

MUHAMMAD BAGUS WIJAYA, S.Pd.

A. LATAR BELAKANG

Ki Hajar Dewantara pernah berkata, “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” Ungkapan ini mengandung makna mendalam bahwa setiap anak memiliki potensi dan keunikan yang harus dihargai dan dikembangkan sesuai dengan kodratnya. Dalam peran sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

Kelas yang aman dan nyaman akan memberikan rasa percaya diri kepada murid untuk bereksplorasi, berekspresi, dan berkreasi. Selain itu, suasana kelas yang menyenangkan akan meningkatkan motivasi dan minat belajar murid, sehingga mereka merasa lebih tertantang untuk mengembangkan kemampuan dan potensi diri mereka.

Tidak hanya itu, guru juga perlu memastikan bahwa pembelajaran yang diberikan relevan dengan kehidupan murid serta mampu menghadirkan tantangan yang sesuai dengan perkembangan mereka. Dengan cara ini, murid tidak hanya tumbuh secara akademis tetapi juga mengembangkan karakter yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila—yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Sebagai pendidik, tugas utama bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi fasilitator yang mendukung dan membimbing murid dalam menemukan dan mengembangkan potensi mereka. Dengan demikian, kodrat setiap murid dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Ki Hajar Dewantara.

Profil Pelajar Pancasila adalah tujuan utama pendidikan di Indonesia, yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang harus dimiliki oleh setiap murid. Untuk mencapai profil ini, dibutuhkan kerja sama yang solid antar warga sekolah—guru, murid, staf, dan seluruh pihak terkait. Kerja sama ini harus berlandaskan pada budaya positif yang kuat dan konsisten di lingkungan sekolah.

Mayoritas tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Wedung adalah guru muda yang penuh semangat dan antusiasme dalam mengajar. Namun, mereka masih membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep budaya positif. Pemahaman yang kuat tentang budaya positif sangat penting untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan di sekolah ini dengan lebih efektif dan berkelanjutan. Dengan pemahaman tersebut, para guru tidak hanya mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, tetapi juga dapat membangun karakter murid yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila, sehingga sekolah dapat menjadi tempat yang benar-benar mendukung perkembangan akademis dan non-akademis siswa secara holistik.

 

B. TUJUAN

Mengembangkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip budaya positif di kalangan tenaga pengajar muda merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di SMA Negeri 1 Wedung. Ketika para guru muda memiliki pemahaman yang kuat dan mampu menerapkan budaya positif secara konsisten, mereka tidak hanya meningkatkan kualitas interaksi di dalam kelas, tetapi juga membangun suasana yang mendukung perkembangan holistik murid. Selain itu, dengan lingkungan yang lebih positif dan terstruktur, efektivitas kinerja para guru juga akan meningkat, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan lebih baik. Implementasi prinsip-prinsip budaya positif ini akan mendorong terciptanya suasana belajar yang nyaman, produktif, dan selaras dengan nilai-nilai yang diharapkan dalam pendidikan, baik bagi guru maupun murid.

 

C. TOLAK UKUR

Guru mampu menunjukkan efektivitas implementasi budaya positif di SMA Negeri 1 Wedung melalui tingkat partisipasi dan keterlibatan mereka dalam diseminasi terkait budaya positif. Partisipasi aktif guru dalam berbagai kegiatan, seperti pelatihan, diskusi, dan penerapan prinsip-prinsip budaya positif dalam praktik sehari-hari, mencerminkan komitmen mereka terhadap penciptaan lingkungan belajar yang lebih baik. Selain itu, umpan balik dari murid juga menjadi tolok ukur penting dalam menilai dampak perubahan yang terjadi. Dengan survei atau wawancara, murid dapat memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan budaya positif mempengaruhi suasana belajar dan interaksi mereka dengan guru. Peningkatan dalam rasa nyaman, dukungan, dan kualitas interaksi di kelas yang dilaporkan oleh murid akan mencerminkan keberhasilan penerapan budaya positif dan kontribusi guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

 

D. LINI MASA TINDAKAN

  • 19 Agustus 2024 : Merencanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya untuk memastikan pelaksanaan yang efektif.
  • 20 Agustus 2024 : Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan rekan guru sejawat mengenai keikutsertaan dalam kegiatan.
  • 22 Agustus 2024 : Melaksanakan kegiatan diseminasi budaya positif.
  • 23 Agustus 2024 : Merefleksikan dan mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.

 

E. DUKUNGAN YANG DI BUTUHKAN

Untuk menyukseskan kegiatan diseminasi budaya positif di SMA Negeri 1 Wedung, beberapa persiapan penting harus dilakukan. Pertama, alat-alat yang diperlukan, seperti LCD proyektor, sticky notes, laptop, pengeras suara, alat tulis kantor (ATK), dan ruang pertemuan, harus dipastikan tersedia dan siap digunakan. Selanjutnya, ijin dari kepala sekolah perlu diperoleh untuk memastikan kegiatan dapat berlangsung sesuai rencana. Dukungan dan partisipasi aktif dari rekan sejawat juga sangat krusial, karena mereka akan berperan dalam mendukung dan memfasilitasi proses diseminasi serta memastikan keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Dengan persiapan yang matang dan dukungan yang solid, kegiatan diseminasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan memberikan dampak positif bagi seluruh anggota sekolah.

 

F. DOKUMENTASI KEGIATAN

 

KEGIATAN DESIMINASI BUDAYA POSITIF

KEGIATAN DESIMINASI BUDAYA POSITIF

 

PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI

PENYUSUNAN KEYAKINAN KELAS

 

G. HASIL AKSI NYATA

Respon guru terhadap diseminasi budaya positif yang dilakukan oleh Bapak Muhammad Bagus Wijaya di SMA Negeri 1 Wedung menunjukkan antusiasme dan dukungan yang kuat. Banyak guru yang menyambut baik upaya tersebut, mengapresiasi pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip budaya positif yang disampaikan. Mereka merasa bahwa diseminasi ini memberikan wawasan baru dan praktik yang berguna untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Selain itu, guru-guru juga menunjukkan komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam kegiatan sehari-hari mereka di kelas. Umpan balik positif dari rekan sejawat mencerminkan bahwa kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tetapi juga memotivasi mereka untuk berkontribusi lebih aktif dalam membangun budaya positif di sekolah.

Respon murid terhadap implementasi segitiga restitusi untuk mengubah identitas dari seseorang yang gagal menjadi sukses, yang diterapkan oleh Bapak Muhammad Bagus Wijaya, sangat positif. Murid merasa bahwa pendekatan ini memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan belajar dari pengalaman mereka dengan cara yang konstruktif. Dengan menggunakan segitiga restitusi, mereka merasa lebih dihargai dan didukung dalam proses perubahan, alih-alih hanya dikenakan hukuman. Mereka melaporkan peningkatan dalam rasa percaya diri dan motivasi untuk memperbaiki perilaku serta belajar dari kesalahan mereka. Proses restitusi membantu mereka memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran dan tidak mendefinisikan keseluruhan identitas mereka. Dengan dukungan ini, murid merasa lebih bersemangat dan percaya diri untuk belajar di sekolah.

Tantangan dalam diseminasi budaya positif dan implementasi segitiga restitusi di SMA Negeri 1 Wedung meliputi kesulitan dalam penerimaan dan adaptasi terhadap konsep baru, kebutuhan untuk menjaga komitmen dan konsistensi di antara guru, serta keterbatasan dalam pelatihan dan sumber daya yang memadai. Selain itu, resistensi terhadap perubahan dari metode lama dan kesulitan dalam mengevaluasi dampak secara objektif juga menjadi kendala. Keterlibatan aktif dari semua pihak, termasuk kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua, sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam menerapkan budaya positif dan pendekatan restoratif ini.

 

H. PEMBELAJARAN YANG DIDAPATKAN

Pembelajaran yang didapat dari diseminasi budaya positif dan implementasi segitiga restitusi oleh Bapak Muhammad Bagus Wijaya di SMA Negeri 1 Wedung meliputi beberapa aspek penting. Pertama, proses ini menunjukkan bahwa penerapan budaya positif dan segitiga restitusi memerlukan pemahaman dan keterlibatan aktif dari semua pihak di sekolah, termasuk guru, murid, dan kepala sekolah. Kedua, pelatihan yang memadai dan sumber daya yang cukup sangat penting untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip ini secara efektif. Ketiga, diseminasi ini mengajarkan bahwa perubahan dari metode hukuman tradisional menuju pendekatan restoratif memerlukan waktu dan usaha untuk adaptasi serta mengatasi resistensi. Keempat, keterlibatan aktif dan dukungan berkelanjutan dari seluruh komunitas sekolah sangat krusial untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan murid secara holistik. Terakhir, pentingnya evaluasi yang jelas untuk mengukur dampak dari penerapan budaya positif dan segitiga restitusi guna memastikan bahwa tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

 

I. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Untuk meningkatkan efektivitas diseminasi budaya positif dan implementasi segitiga restitusi di SMA Negeri 1 Wedung, perlu dilakukan beberapa langkah perbaikan. Pertama, penting untuk menyelenggarakan pelatihan tambahan secara berkala bagi guru mengenai prinsip-prinsip budaya positif dan segitiga restitusi, serta menyediakan sumber daya yang diperlukan seperti materi pelatihan dan panduan implementasi. Selain itu, penguatan komitmen dan konsistensi dapat dicapai dengan membuat rencana aksi yang jelas dan melakukan pemantauan serta evaluasi berkala. Mengatasi resistensi dan meningkatkan keterlibatan juga krusial, melalui sesi dialog dan diskusi untuk mengatasi kekhawatiran serta melibatkan semua pihak, termasuk orang tua, dalam proses diseminasi. Evaluasi yang sistematis harus dikembangkan untuk menilai dampak penerapan terhadap perilaku murid dan suasana kelas, dengan hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan berkelanjutan. Terakhir, memperkuat kolaborasi antara kepala sekolah, guru, dan staf lainnya serta mendorong kerjasama antara rekan sejawat akan memastikan dukungan yang konsisten dan berbagi praktik terbaik dalam penerapan budaya positif.

 

J. SESI BERBAGI / DESIMINASI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Berikut ini adalah tautan link YouTube yang menampilkan diseminasi aksi nyata Modul 1.4 tentang budaya positif, yang dipresentasikan oleh Muhammad Bagus Wijaya di SMA Negeri 1 Wedung.

https://youtu.be/1_UqeAQtb_Y?si=GCyDsRdNiT4GFGs8

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *