BEST PRACTICES MENINGKATKAN KEMAMPUAN NUMERASI PESERTA DIDIK MAPEL EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE DRILL
ABSTRAK
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang terdiri dari beberapa konsep dasar berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi ilmu ekonomi diharapkan menjadi fondasi dalam membangun bangsa menyongsong era Revolusi industri 4.0 yang mensyaratkan sumber daya manusia berkualitas dengan keterampilan abad 21. Dalam pembelajaran ekonomi penguasaan numerasi peserta didik menjadi sangat penting yang memungkinkan peserta didik mempelajari konsep matematis ilmu ekonomi secara tepat dan berbasis pada masalah atau Problem-Based Learning (PBL). Tujuan dibuatnya Best Practice Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode Drill ini adalah : 1) mendeskripsikan respon peserta didik, 2) mendeskripsikan peningkatan numerasi ekonomi peserta didik, dan 3) mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar Ekonomi peserta didik pada materi KD 3.4 Indeks harga dan inflasi. Praktik baik ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 pada pembelajaran Ekonomi di kelas XI IPS 2 SMAN 1 Wedung. Data terkait rendahnya numerasi siswa dilihat dari pengamatan pendidik di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung dan hasil wawancara kepada pendidik lain terkait dengan pemahaman numerasi peserta didik. Dari hasil pengamatan dan wawancara diketahui terdapat beberapa hambatan yang mengakibatkan kemampuan numerasi siswa rendah, diantaranya : 1) Rendahnya motivasi belajar peserta didik terhadap materi ekonomi yang bersifat kuantitatif; 2) Kurang latihan soal yang dilakukan oleh peserta didik; 3)Tidak adanya kolaborasi yang baik antar peserta didik dalam memecahkan permasalahan numerasi. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik sebaiknya dapat merancang pembelajaran dengan langkah-langkah yang tepat dan inovatif sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. best pracrice ini disusun dengan menggunakan metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, dan Refleksi)
Kata kunci: Numerasi, Materi Ekonomi Kuantitatif, Problem Based Learning, Metode Drill.
PENDAHULUAN
Konsep Pendidikan Abad 21 adalah tuntutan kepada peserta didik untuk memiliki berbagai macam keterampilan maupun kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan dan menyelesaikan permasalahan sosial di tengah kehidupan sehari-hari. Keterampilan numerasi meliputi keterampilan berinovasi, keterampilan dalam memanfaatkan teknologi dan kecakapan hidup.
Generasi Abad 21 harus dimiliki kompetensi yang di dikenal dengan istilah 4C yaitu kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical thinking), kemampuan komunikasi (communication), kreativitas dan inovasi (creativity) dan kemampuan berkolaborasi (collaboration). Sementara prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menggali kemampuan Abad 21 adalah kemampuan literasi. Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
Salah satu keterampilan literasi yang dianggap penting adalah literasi numerasi atau numerasi. Numerasi sendiri bukanlah hal baru yang asing didengar di tengah masyarakat terutama dalam kegiatan pembelajaran. Terlebih lagi kebijakan pemerintah saat ini tentang penerapan Asessmen Kompetensi Minimum (AKM) menuntut peserta didik memiliki kemampuan numerasi yang dapat diukur.
Numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari lalu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk serta menginterpretasi hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan (Kemdikbud, 2017). Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
Faktanya, selama ini istilah numerasi banyak dikaitkan dengan pembelajaran matematika. Numerasi seringkali disamakan dengan pembelajaran matematika. Hal ini merupakan salah satu miskonsepsi tentang numerasi. Padahal numerasi dan matematika merupakan dua hal yang berbeda tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Numerasi bersifat praktis dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Cakupan implementasi numerasi sangat luas, tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika. Dalam mata pelajaraan Ekonomi kemampuan numerasi sangat dibutuhkan peserta didik. Mereka nantinya diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah dan mengambil keputusan dari kegiatan literasi numerasi yang mereka lakukan.
Diungkapkan oleh Pangesti (2018), bahwa literasi numerasi berkaitan langsung dengan kemampuan pemecahan masalah, yang mencakup tidak hanya menyelesaikan masalah rutin matematis biasa, tetapi juga menemukan solusi atau jawaban dari masalah atau persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kurang terbiasanya menyelesaikan soal matematis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membuat literasi numerasi peserta didik perlu ditingkatkan.
Adapun faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi numerasi di Indonesia menurut Hadi & Zaidah (2021) karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah literasi numerasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fuadi, dkk., (2020) bahwa rendahnya kecapakan literasi numerasi yaitu pembelajaran yang tidak kontekstual, artinya penekanan pemahaman konsep dasar dan pengertian dasar ilmu pengetahuan tersebut tidak dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
SITUASI
Kesulitan numerasi inilah yang juga dialami oleh peserta didik kelas XI IPS 1 di satuan pendidikan SMA Negeri 1 Wedung, khususnya materi penghitungan indeks harga dan laju inflasi dalam KD 3.4 Menganalisis indeks harga dan inflasi. Permasalahan ini diketahui melalui hasil pengamatan dan wawancara antar pendidik. Kesulitan yang dialami siswa kelas XI IPS 1 ini terjadi disebabkan karena kurangnya motivasi dari dalam diri peserta didik untuk menyelesaikan soal ekonomi yang berbentuk kuantitatif, kurangnya latihan dalam menghitung dan kurangnya kolaborasi yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ekonomi.
Berdasarkan permasalahan di atas, praktik baik (Best Practice) perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan model dan strategi yang tepat sehingga pembelajaran inovatif dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dari hasil kajian literatur dan wawancara, penulis yang berperan sebagai pendidik mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didik dalam pembelajaran menghitung indeks harga dan laju inflasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning berbantu Metode Drill. Selain berguna dalam proses pembelajaran, best practice ini juga dapat dijadikan referensi bagi pendidik lain untuk menginovasi pembelajarannya dalam kompetensi yang sama.
Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik ini adalah sebagai peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi selama proses belajar mengajar di kelas dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Pendidik menerapkan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran (memilih Problem Based Learning), sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Mengkondisikan kelas dan menyiapkan alat atau media yang dibutuhkan seperti Proyektor, Laptop, Handphone, Tripod, sound, dan PPT.
Pendidik membuat bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, evaluasi, dan melaksanakan pembelajaran sesuai perangkat yang dibuat.
Pendidik bertanggung jawab terhadap kegiatan di kelas
TANTANGAN :
Tantangan yang hadapi untuk mencapai tujuan, yaitu:
Mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran inovatif yang akan digunakan
Pengelolaan kelas yang membutuhkan waktu dan tenaga ekstra
Masih ada peserta didik dalam kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena kurang kerjasama dan kurang peduli terhadap temannya
Peserta didik belum percaya diri dalam mengutarakan pendapatnya di depan kelas
Peserta didik kurang termotivasi dalam mengerjakan soal hitungan atau matematis
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu:
Saya sendiri sebagai pengajar ekonomi utama di kelas
Bapak Suharto, S.Pd., M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Wedung
Bapak Bagus Wijaya, S.Pd. Ibu Marfuah, S.Pd. Ibu Novita, S.Pd. dan Bapak Agus Yuniar, S.Pd. rekan sejawat yang selalu memberikan referensi dalam proses KBM
Peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Wedung sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran.
AKSI
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi:
Metode yang digunakan guru harus yang menyenangkan peserta didik, sehingga peserta didik lebih tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Guru sebagai fasilitator harus lebih kreatif memilih model pembelajaran inovatif dan media pembelajaran.
Guru harus selalu berinovatif agar peserta didik tidak jenuh dengan suasana pembelajaran yang ada.
Guru memberikan latihan-latihan soal secara kontekstual agar peserta didik lebih tertarik
Guru harus memberikan contoh dengan mengkaitkan materi secara kontekstual
Strategi yang digunakan, yaitu :
Pemilihan model pembelajaran yang dirasakan efektif digunakan dalam pembelajaran dengan materi Indeks harga dan inflasi ini. Model pembelajaran Problem Based
Learning dikarenakan model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu untuk mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, Kamdi (2007:77)
Pemilihan metode pembelajaran yang dirasakan efektif dalam pembelajaran adalah menggunakan metode drill. Metode latihan/drill merupakan suatu metode atau cara mengembangkan kompetensi atau skill peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, sehingga peserta didik menjadi terampil dalam bidang yang dilatihkan. Latihan diberikan untuk tujuan mencapai suatu keterampilan atau skill tertentu.Tanpa latihan peserta didik tidak akan menjadi terampil atau skill dalam bidang atau aspek apapun.
bagus..menginspirasi
mantap..menginspirasi