Latar Belakang
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide, menggambarkan, dan mendiskusikan konsep matematika secara koheren dan jelas. Menurut Hodiyanto (2017), kemampuan komunikasi matematis terdiri atas, komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan seperti: diskusi dan menjelaskan. Komunikasi tulisan seperti: mengungkapkan ide matematika melalui gambar/grafik, tabel, persamaan, ataupun dengan bahasa peserta didik sendiri.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menghampat perkembangan komunikasi matematika peserta didik. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa peserta didik hanya mendengarkan dan menonton guru menyelesaikan soal dan memecahkannya sendiri, minimnya kesempatan peserta didik untuk mencoba menyelesaikan soal, dan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru.
Peserta didik di SMA Negeri 1 Wedung khususnya peserta didik kelas X Tahun Pelajaran 2022/2023 masih memiliki kemampuan komunikasi matematika yang rendah. Permasalahan ini diketahui melalui hasil pre-test awal tentang menyelesaikan soal cerita dan wawancara pada teman guru sejawat pengajar kelas X tahun ajaran 2022-2023.
Berdasarkan hasil pre-test awal dan wawancara dengan teman guru sejawat, rendahnya kemampuan komunikasi matematika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Wedung disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
proses pembelajaran yang belum kontekstual,
peserta didik tidak diberi kesempatan untuk mencoba menyelesaikan soal.
peserta didik hanya mendengarkan dan menonton guru menyelesaikan soal dan memecahkannya sendiri.
Menurut Ansari (2012) yang dikutip oleh Hodiyanto (2017) untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis peserta didik dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal uraian yang bisa mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis. Beberapa soal uraian yang dapat digunakan antara lain, soal uraian eksploratif, transfer, elaboratif, dan aplikatif.
Indikator kemampuan komunikasi matematika yang akan dinilai adalah (1) menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan menggunakan notasi (simbol),istilah (kosa kata) yang tepat dan lengkap, (2) Menggunakan persamaan atau rumus matematika yang tepat, dan (3) Menuliskan kesimpulan jawaban dengan tepat. (Fatmasuci, 2017)
Berdasarkan permasalahan di atas, praktik baik (Best Practice) perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan model dan strategi yang tepat sehingga pembelajaran inovatif dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dari hasil kajian literatur dan wawancara, penulis yang berperan sebagai Pendidik mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam pembelajaran Barisan dan Deret dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning berbantuan Aplikasi Canva.
Manfaat Praktek Baik ini
Praktik ini penting dibagikan karena secara langsung akan berdampak pada hasil belajar siswa dalam barisan dan deret serta menjadi bahan evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan secara tidak langsung akan menjadi sarana berbagi pengalaman bagi rekan mahasiswa PPG Daljab Kategori 2 Prodi Matematika UPS . Selain berguna untuk situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat dijadikan referensi bagi Pendidik lain untuk menginovasi pembelajarannya dalam kompetensi yang sama, yaitu menggunakan konsep barisan dan deret dalam menyelesaiakan soal cerita berkaitan dengan deret aritmatika.
Peran Penulis
Penulis memiliki peran mulai dari mengidentifikasi masalah, melakukan eksplorasi penyebab masalah, menentukan akar penyebab masalah, melakukan eksplorasi alternatif solusi, menentukan alternatif solusi yang relevan, membuat rencana aksi (berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Media Pembelajaran, dan Instrumen Penilaian), menyiapkan alat, bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk rencana aksi, dan melaksanakan rencana aksi di kelas X-5 SMA Negeri 1 Wedung.
Hambatan dalam Praktik Baik
Berdasarkan hasil pengamatan kajian literatur dan wawancara dengan Pendidik sejawat, pelaksanaan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning berbantuan Aplikasi Canva ini memiki beberapa tantangan yaitu membutuhkan persiapan lebih untuk menyiapkan alat, masalah, konsep, media, dan persiapan lainnya, sulitnya mencari permasalahan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, sulitnya mengondisikan beberapa peserta didik, membutuhkan jaringan internet yang cukup memadai, jika tiba-tiba ada pemadaman listrik, membutuhkan waktu yang cukup lama membimbing peserta didik dalam menginterpretasikan masalah pada gambar yang sudah didapat, sulitnya menuntun peserta didik untuk menentukan konsep rumus deret aritmatika, memerlukan waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya.
Subjek
Yang terlibat dalam aksi/praktik ini tentunya saya sendiri (Destriawan Kurniadi S.Pd.), siswa-siswa kelas X-5 SMAN 1 Wedung, tim kameramen (Bapak Agus Yuniar Setyawan, S.Pd), Bapak Kepala Sekolah dan Bapak Waka Kurikulum yang memberikan izin pelaksanaan praktik baik ini serta Bapak Abdul Latif, S.Pd dan Bapak Khoirul Anwar, S.Pd yang sudah rela waktu jam mengajarnya diambil untuk terlaksananya praktik baik ini.
Langkah-langkah dalam menghadapi tantangan
Langkah yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan rendahnya kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan solusi relevan berupa ” pembelajaran Barisan dan Deret dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning berbantuan pendekatan Realistik dan Aplikasi Canva. ” adalah menganalisis materi yang memiliki karakteristik sesuai dengan solusi, membuat rencana aksi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Media Pembelajaran, dan Instrumen Penilaian, serta menyiapkan alat, bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk pelaksanaan aksi.
Strategi
Alternatif solusi yang relevan untuk permasalahan rendahnya kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan solusi relevan berupa ” pembelajaran Barisan dan Deret dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning berbantuan Aplikasi Canva. ” Penentuan solusi didasarkan pada beberapa alasan. Yang pertama, model Pembelajaran Problem Based Learning berorientasi pada ketrampilan berpikir abad 21 serta dapat melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Kedua, model PBL membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya (melatih kemampuan komunikasi). Ketiga, aplikasi canva yang dapat menarik perhatian peserta didik karena dapat menampilkan materi baik dalam bentuk teks, audio dan visual. Dan terakhir, sarana dan Prasarana kelas dan sekolah memungkinkan untuk menerapkan model pembelajaran dan media yang akan digunakan guru Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Vitasari (2013), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki kelebihan yaitu pembelajaran Problem Based Learning mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan suatu masalah, menumbuhkan kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran, membuat siswa terbiasa menghadapi masalah, dan menumbuhkan motivasi, keberanian, rasa percaya diri, dan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan baik.
Alasan-alasan di atas membuat penulis yakin bahwa solusi yang diambil tepat untuk dijadikan solusi dari masalah rendahnya motivasi belajar peserta didik.
Proses Pelaksanaan
Langkah awal yang dilakukan guna terlaksananya praktik tersebut adalah membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Media Pembelajaran, dan Instrumen Penilaian.
Tahapan pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang penulis buat menggunakan sintaks dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Sintaks tersulit dalam PBL adalah pada fase orientasi masalah dimana penulis harus menyajikan permasalahan kontekstual yang ada dikehidupan sehari-hari dan terkait dengan pembelajaran. Penyajian manfaat pembelajaran juga sangat penting guna menarik perhatian siswa dan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan baik.
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar dibuat sesuai sintaks PBL dan berbasis kontekstual. LKPD dibuat menarik dengan desain yang tidak membosankan serta menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal sehingga dapat memotivasi peserta didik dalam membaca dan mempelajarinya.
Pada penerapan aksi ini, penulis menggunakan aplikasi Canva untuk menampilkan bahan ajar yang sudah disiapkan sehingga peserta didik menarik untuk memperhatikan pembelajaran.
Setelah perangkat pembelajaran siap, praktik dilaksanakan pada hari Jum’at, 28 Oktober 2022 di Kelas X-5 berjumlah 36 anak.
Subjek
Subjek yang terlibat adalah guru dan siswa kelas X-5 dan satu rekan guru matematika sebagai juru kamera.
Sumber Daya
Fasilitas yang diperlukan dalam praktik ini adalah LCD proyektor, laptop, jaringan internet, listrik, kertas dan printer. Siswa juga harus mempunyai HP dengan jaringan internet yang stabil agar bisa mengerjakan soal apersepsi dan menampilkan aplikasi Canva.
Hasil Pembelajaran
Dari hasil observasi dan nilai kuis ketika pembelajaran, langkah-langkah yang dilakukan tepat dan efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada materi deret aritmatika. Ketika apersepsi dengan aplikasi Quizizz, siswa tidak bergantung pada teman untuk menjawab tentang soal barisan aritmatika karena soal harus dikerjakan secara mandiri. Selain itu, siswa lebih tertantang dan menarik dalam mengerjakan soal karena terdapat suara atau musik dan bonus dalam menjawab. Hal ini membuat siswa menjadi lebih berani untuk menjawab pertanyaan.
Siswa berusaha memahami materi dan menyelesaikan masalah yang diberikan dengan diskusi kelompok. Selain itu, siswa juga berkonstribusi untuk membuat penyajian hasil diskusi dengan sebaik-baiknya, serta menyiapkan diri untuk presenstasi hasil diskusi.
Secara keseluruhan hasil LKPD yang dikerjakan siswa dan dipresentasikan sudah benar. Ketika kegiatan presentasi, siswa juga sudah aktif dan kritis dalam bertanya ketika kelompok lain presentasi. Di tahap penarikan kesimpulan, siswa sudah bisa menyimpulkan bagaimana penggunaan deret aritmatika dalam kehidupan sehari-hari dan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita pada deret aritmatika.
Siswa juga memperoleh nilai yang bagus ketika kuis. Dari 36 siswa ada 2 siswa tidak hadir karena sakit dan dispen. Nilai rata-rata kuisnya adalah 86 dan presentase ketuntasannya adalah 88,24%. Terdapat 4 siswa yang tidak tuntas.
Hal ini menandakan bahwa dengan pembelajaran model problem based learning dengan berbantuan aplikasi Canva, siswa mampu menyelesaikan soal cerita dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada materi deret aritmatika.
Respon Siswa dan Teman Sejawat
Respon siswa :
Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan. Siswa merasa antusias dan bersemanagat dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. Siswa juga lebih kreatif dalam menyusun penyajian hasil diskusi dan dapat berlatih untuk berkomunikasi secara verbal dalam presentasi. Siswa juga tidak enggan bertanya jika belum paham, karena mereka bertanya dengan teman sendiri. Biasanya siswa lebih paham dengan bahasa teman daripada bahasa guru.
Respon rekan sejawat :
Pembelajaran yang dilakukan sangat menarik dan dapat menjadi inspirasi untuk pembelajaran di kelas lain. Materi yang disampaikan menjadi lebih mudah dan pembelajaran lebih bervariasi.
Hasil observasi perangkat pembelajaran sudah menunjukkan hasil yang baik, hanya saja manajemen waktu harus diperhatikan ketika peserta didik melakukan presentasi LKPD.
Faktor pendukung
Faktor yang mendukung keberhasilan aksi ini adalah sarana prasarana yang memadai, serta kolaborasi aktif antara siswa dan guru. Sedangkan hal yang kurang mendukung adalah waktu yang terbatas.
Refleksi Pembelajaran
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa, kita harus mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Kemudian, strategi yang dilakukan harus sesuai dengan karakteristik siswa yang diampu.